Thursday, 24 April 2014

BAB 3 Keputusan

1. Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan
  
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang  apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.
Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :
·         Menurut George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
·         Menurut Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
·         Menurut James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan 
Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.


Dasar Pengambilan Keputusan :
Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
1.      Intuisi :
Suatu proses bawah sadar/tdk sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intusi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.
A.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·         Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.
·  Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya.
·     Keampuan mengambil keputusan dari peng-ambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
B.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi adalah :
·       Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
· Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
·       Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
·       Pengalaman
2.      Pengalaman :
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.  Karena pengalaman seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.  Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.
3.      Fakta :
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.  Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
4.      Wewenang :
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pim-pinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah kedudukannya.  Pengambilan keputusan berdasarkan we-wenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
A.      Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·   Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tsb secara su-karela ataukah terpaksa.
·         Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka waktu yg cukup lama.
·         Memiliki otentisitas (otentik).
B.      Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah :
·         Dapat menimbulkan sifat rutinitas.
·         Mengasosiakan dengan praktek dictatorial.
·   Sering melewati permasalahan yg seharus-nya dipecahkan sehingga dapat menimbul-kan kekaburan.
5.      Rasional :
Pada pengambilan keputusan yg berdasar-kan rasional, keputusan yg dihasilkan ber-sifat objektif, logis, lebih transparan, kon-sisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, shg dpt dikatakan mendekati kebenaran atau se-suai dgn apa yg diinginkan.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara rasional :
a.      Kejelasan masalah. 
b.      Orientasi tujuan.
c.       Pengetahuan alternative. 
d.      Preferensi yang jelas.
e.      Hasil maksimal.


2. Jenis-Jenis Keputusan Organisasi

Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
  • Keputusan Rutin adalah Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
  • Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut: 

  1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
  2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
  3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
  4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
  5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
  6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
  7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
  8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
  9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan. 
1.    Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan. 

2.    Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective 

3.    Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya. 

4.    Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak. 

5.    Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual. 

6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.


 Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
  1. Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
  2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
  3. Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
sumber:
http://idhoidhoy.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://strawberrycupcup.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-keputusan-organisasi.html
http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan.html

BAB 2 Karateristik dan Kelompok


1. Pengertian Karateristik dan Kelompok

- Pengertian Kelompok
Kelompok dapat diartikan sejumlah orang yg terlibat dalam interaksi pada suatu pertemuan tatap muka, di mana setiap anggota mendapat kesan yg jelas, sehingga seseorang baik di saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dpt memberikan tanggapan kepada yang lainnya.
Menurut ADLER & RODMAN, Kelompok adalah sekumpulan kecil orang yg saling berinteraksi, biasanya tatap muka dlm waktu yg lama guna mencapai tujuan tertentu. Ada 4 elemen kelompok yaitu: interaksi, waktu, ukuran, tujuan.
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).

-Karakteristik Kelompok
1.    Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik  secara verbal maupun non verbal.
2.  Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok
3.  Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4.   Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
5. Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.

Karakteristik Kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → Fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → Pola hubungan yang stabil diantara anggota
- Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
- Norma : Aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
- Relasi antar anggota
3. Tujuan
- Intrinsik
- Ekstrinsik (tujuan bersama):
a. Faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
b. Memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : Tingkat dimana kesatuan kekuatan
tunggal menyatu
5. Ketergantungan Dinamis

2.  Tahap Pembentukkan Kelompok

Tahap-tahap Pembentukan Kelompok:
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada
1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik
dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan.
Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari
awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai.
Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming
untuk melengkapi teori ini.
Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas
yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus
merka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan
seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa
kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa
saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok
harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Tahap 3 – Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan
yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
Tahap 4 – Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota
kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam
berkomunikasi.
Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak
diambil oleh kelompok.
Tahap 5 – Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan
diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami
perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada
perubahan anggota kelompok.
Keunggulan dari teori ini adalah menjadi suatu pedoman dalam pembentukan suatu.

3. Kekuatan Team Work

Teamwork disini artinya kemampuan bekerjasama untuk menuju satu visi yang sama dan hal ini hal ini hanya akan terbangun jika setiap individu dan unit kerja di dalam perusahaan menyadari bahwa mereka tidak mungkin mampu mencapai tujuan perusahaan secara sendiri-sendiri. Tiap individu atau tiap unit memang memiliki tujuan masing-masing. Akan tetapi, dalam teamwork yang efektif, tujuan masing-masing kelompok akan muncul sebagai target bersama dan menimbulkan ketergantungan satu dengan yang lainnya secara positif.
Secara umum, untuk membangun teamwork yang solid dibutuhkan beberapa syarat :
1. Jangan bersikap individualistis.
Dalam suatu tim yang solid, kita tidak boleh menunjukkan ego masing-masing. Setiap anggota tim harus keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam kesatuan tim. Adanya kesediaan untuk saling menghormati, saling memaafkan saling menerima kekurangan, dan memberi pelayanan satu sama lain. Dalam kondisi ini perlu ada kesediaan individu untuk meninggalkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih besar yaitu perusahaan.
2. Berikan kontribusi
Keberhasilan suatu teamwork hanya bisa dicapai karena adanya kontribusi dari setiap individu yang terlibat. Untuk itu setiap anggota tim harus mampu berperan sesuai dengan kompetensinya, sehingga satu sama lain bisa saling melengkapi. Masing-masing unit harus menjalankan tugas dan tanggung jawab, saling menyelaraskan antara upaya yang telah dilakukan satu unit dengan upaya unit lain dalam satu tim sehingga apa yang menjadi sasaran perusahaan dapat tercapai. Kebersamaan tim hanya dapat terwujud, manakala setiap orang atau unit dapat memainkan perannya semaksimal mungkin, dapat mengisi kekurangan unit lain dan bukannya saling menyalahkan.
3. Bersikap fleksibel
Dalam suatu tim, kita harus mampu bersikap fleksibel. Ada kesediaan untuk beradaptasi dengan tuntutan lingkungan. Misalnya dulu biasa dilayani, sekarang harus merubah paradigma yaitu ada kesediaan untuk melayani. Selain itu kita juga perlu kreatif, bila satu cara tidak memberikan hasil, kita harus mampu mencari cara lain yang lebih efektif. Selalu ada keinginan mencoba gagasan baru dan cara-cara baru. Kita tidak boleh kaku dan terpaku pada kebiasaan lama atau keberhasilan masa lalu. Setiap tim harus menjadi ‘learning community’ artinya mereka harus cepat memetakan situasi serta mempelajari ketrampilan baru yang diperlukan untuk menjadi pemenang dalam situasi persaingan.
4. Komunikasi
Ketika seluruh anggota tim tidak mementingkan diri sendiri, mampu bersikap fleksibel dan beradaptasi satu sama lain, maka tim mampu bersatu dalam kebersamaan. Untuk menjadi tim yang kuat, satu sama lain harus saling mengerti, saling memahami, saling memuji. Komunikasi adalah cara untuk saling mengenali satu sama lain. Dalam prosesnya, hubungan yang erat, dimana satu sama lain saling mengenal dengan baik, saling memahami sehingga dapat membaca apa yang sedang dibutuhkan yang lain tanpa harus mengatakannya.
5. Komitmen
Setiap anggota harus memberikan komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan perusahaan. Hal ini ditandai dengan sikap loyal, semangat untuk mencapai tujuan, berupaya untuk menampilkan hasil kerja yang berkualitas dan sempurna, bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya dan disiplin.
6. Kepercayaan dan Saling Menghargai
Dengan saling percaya dan saling menghormati, tidak ada musuh yang dapat mengalahkan kita. Dalam satu tim, kita harus menunjukkan kasih sayang dan kepedulian. Setaip anggota tim dapat saling bergantung dan berpegang bersama menempuh berbagai tekanan, menghadapi perlawanan, menghadapi persoalan, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.
7. Patuhilah Pemimpin
Dalam suatu tim, peran kepemimpinan juga cukup penting. Bagaimana sasaran bisa tercapai bila tidak ada pemimpin yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam kerja tim, anggota tim harus bersedia mematuhi pemimpinnya. Meski demikian, ini tidak berarti pemimpin harus menjadi tiran, yang hanya memaksakan kehendak, dan anggota hanya sebagai hamba saja. Pemimpin dan pemain adalah partner, dengan peran yang berbeda. Tetapi apabila anggota tim menentang, mengabaikan atau menggerogoti wibawa kepemimpinan, maka kebersamaan tim akan terpecah belah.

 sumber: 
http://subekti13.wordpress.com/2013/04/23/pengertian-dan-karakteristik-kelompok/
http://sofiaribowo.wordpress.com/2013/06/22/pengertian-dan-karakteristik-kelompok/